Kuliner Jepang: Lebih dari Sekadar Sushi dan Ramen

Kuliner Jepang: Lebih dari Sekadar Sushi dan Ramen

NIGHTGLOW.INFO – Ketika mendengar kata “kuliner Jepang,” kebanyakan orang langsung teringat pada sushi slot kamboja dan ramen. Dua hidangan ini memang menjadi ikon global yang melambangkan cita rasa khas Jepang. Namun, kuliner Jepang jauh lebih luas dan beragam daripada sekadar dua menu tersebut. Di balik kesederhanaan penyajiannya, makanan Jepang menyimpan filosofi mendalam tentang keseimbangan rasa, estetika, dan penghormatan terhadap alam.

Salah satu ciri khas utama kuliner Jepang adalah konsep shun, yaitu prinsip yang menekankan pentingnya menggunakan bahan-bahan yang sedang berada di musim terbaiknya. Misalnya, masyarakat Jepang menikmati hidangan dengan bambu muda (takenoko) dan bunga sakura saat musim semi, sedangkan di musim dingin mereka lebih sering menyantap hidangan berkuah hangat seperti oden atau nabe. Dengan cara ini, makanan tidak hanya memenuhi kebutuhan tubuh, tetapi juga membantu orang merasakan perubahan alam dan waktu.

Selain itu, cara orang Jepang menyajikan makanan mencerminkan keindahan dan ketelitian yang luar biasa. Dalam satu set menu kaiseki, chef menata rangkaian hidangan kecil dengan cita rasa halus dan tampilan elegan, menggambarkan kesempurnaan dalam kesederhanaan—sebuah konsep yang berakar pada filosofi wabi-sabi.

Di luar sushi dan ramen, banyak makanan Jepang lain yang populer dan menggugah selera. Tempura misalnya, adalah sayuran atau seafood yang dilapisi tepung tipis lalu digoreng hingga renyah. Ada juga okonomiyaki, sejenis pancake gurih yang diisi kol, daging, dan saus manis-asin khas Jepang. Takoyaki, bola-bola adonan berisi potongan gurita, menjadi camilan favorit di berbagai festival. Sementara itu, donburi—nasi dengan topping seperti gyudon (daging sapi), katsudon (daging babi goreng), atau oyakodon (ayam dan telur)—menjadi makanan rumahan yang praktis dan mengenyangkan.

Kuliner Jepang juga menonjol dalam penggunaan bahan fermentasi, seperti miso dan shoyu (kecap asin). Proses fermentasi memperkaya rasa umami—rasa gurih alami yang menjadi ciri khas makanan Jepang—dan memberikan manfaat bagi kesehatan. Miso soup, misalnya, hadir hampir setiap hari di meja makan masyarakat Jepang sebagai hidangan sederhana namun bergizi.

Budaya makan di Jepang juga sangat memperhatikan etika dan tata krama. Sebelum makan, orang biasanya mengucapkan “itadakimasu” sebagai bentuk rasa syukur, dan setelah selesai mereka berkata “gochisousama deshita” untuk menghormati orang yang menyiapkan makanan. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa makan bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan juga pengalaman spiritual.